Rabu, 04 Februari 2009

a BIG BIG lesson !

heyho !

Hari ini gue baru aja beres perwalian dan KRS-an . aaarrrgghhh ! nilai-nilai sungguh tidak bisa dibanggakan ! huhuhu . Belum lagi ngeliat mata kuliah semester depan . Euhh, dewa neraka lagi bangkit dari tidur nih . Nih ya, semester ini emang sih CUMA 20 sks . Tapi rinciannya dong :

Sistem Endokrin 6 sks
Sistem Digestive 8 sks
Community I 4 sks
English I 2 sks

Yasalam . Mabok, mabok deh . Muntah, muntah deh . Sarap, sarap deh . Gilaaaaaaaaaa ! Gue hanya bisa pasrah dan mulai berpikir untuk menjadi mahasiswa SO alias study oriented . Say bye-bye to organization . It’s hard to leave you but i think i have to . Huhu .

Well, cukup lah ya tentang perkuliahan yang semakin memusingkan itu .




Mumpung masi libur, hari ini gue ama temen-temen satu geng pas SMP ngumpul lagi dan rencana mu foto-foto . Cuz dokumentasi para gadis-gadis cantik ini rada kurang semasa SMP dulu . Secara camdig dan lalala-nya itu belum musim juga waktu itu .

Okai, setelah sebelumnya ngumpul di almamater kami tercinta SMP Negeri 34 Bandung *bravo!*, kami capcuss buat foto-foto . Plan pertama sih, kita mu foto-foto di Papyrus . Karena eh karena gue sama Putri emang rada kecewa sama hasil pas terakhir kita foto di Jonas . Nah, konyol abis nih pas disini . Anak-anak pada nanya, “Ris, ke Papyrus naik apa ?” .

Gini ya sodara-sodara, karena saya adalah salah satu warga negara Jatinangor yang setia, secara tidak langsung dalam hal transportasi maupun perhubungan *dahsyaaaat* sedikit demi sedikit namun pasti otak saya telah terdoktrin oleh satu hal : DAMRI adalah transportasi yang paling cihuy untuk menjangkau semua wilayah . Walopun eh walopun, kita nggak bisa mengesampingkan fakta bahwa meskipun damri adalah kendaraan sejuta umat, damri juga dibenci oleh sebagian BESAR umat yang lain karena butut dan asapnya yang aduhai mama itu .

Maka, ketika gue menjawab bahwa ke Papyrus enakan naik damri, cicitan *loh?* protes dari anak-anak langsung keluar .
“Nggak ! Nggak pake damri !”
“Nggak mauuu ! ihhh ..”
“Kajeun 3 kali naek angkot daripada naik damri!”

waw waw waw . Mungkin memang senista itu damri di mata orang yang bukan warga jatinangor . Gue udah jelas banget kalah disini . Wakakakakak .
Okai, karena menghindari naik damri, anak-anak memutuskan untuk ganti tempat ke : JONAS aja, hadirin . Hayaaaaaaaaah . Balik deui balik deui ateuh . Hahahaha . Yasud lah, akhirnya kita cabut ke Jonas . En yu now wot ? Ternyata setelah dipikir-pikir, di Jonas itu kita rugi pose . Cuma 3 kali take doang . Aduh, buat banci tampil kaya kami-kami ini, mana cukuuupppp ? Hahahaha . Dan dengan genjrengnya, akhirnya kita memutuskan buat ganti pilihan ke Three Colors di beipe . Kurang cerdas apa kami ini, ganti-ganti tempat terus ? Wkwkwkwk .

Waktu itu jam sudah menunjukkan *kok kaya 103 yah? haha* pukul 14.15 dan kami belum makan siang . Dalam keadaan keroncongan seperti itu, jajanan seperti cilok dan batagor memang mengundang selera untuk sekedar ganjal-mengganjal . So, gue sama Wina beli cilok sedangkan Ivo ama Mbe beli batagor . Daaaaaan, ada satu kejadian yang bikin gue ngeneeeeeeeesssssss banget disini .

Jadi gini, pas beli cilok kan biasa ya nanya, isinya ada apa aja . Terus si tukang ciloknya ngomong, ada yang isi gajih *bahasa indonya apa si?*, telor, sosis, ama yang polos . Dari pertama gue udah nyadar, there’s something wrong with the way the cilok seller speak . Agak-agak bindeng gitu . Abis itu, pas Wina mesen si tukangnya tampak bingung . Udah berkali-kali Wina bilang yang ini segini, yang itu segitu, sama yang ini . Si tukangnya tuh yang masi aja bilang : “Yang gede neng ? Yang sosis ? Yang telor ? Saos kacang ? Hah ? Pedes nggak ?” beeerulang-ulang . Yasalam, gue bilang . Agak-agak kesel juga . Nih tukang jualan lagi niat ngejailin ya ? Pas gue pesen juga sama . Hellooo, dia kaya yang linglung abiiisss . Hayaah . Sampe akhirnya pas kita beres beli dan ninggalin gerobaknya, gue ngomong gini : “si emang teh kenapa sih ? Stress meureun ? Jiga nu lieur atuh .. ga niat jualan .”

And please God, i beg Your mercy for that stupid slip of tongue . Allah nunjukkin kalo gue bener-bener salah udah ngomong gitu karena tiba-tiba Herni nelpon dan bilang nitip beliin cilok . Okai, gue sama Wina akhirnya balik lagi . Dan si mamang cilok masih dengan kelakuannya yang tadi . Gue sampe menunjukkan raut wajah males abis sampe akhirnya Wina bilang, “Ris, tadi si mangnya bilang ‘Maaf Neng, NGGAK BISA DENGER JELAS ..’ . Kayaknya agak ‘itu’ ..” . Wina nunjuk telinganya .

and there was an infinite silent .

MAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN, I AM TRULY DEEPLY REALLY SORRY FOR MY STUPID MIND, MOUTH, AND TONGUE ! Sumpah demi apa sebagai calon perawat gue malu abis . Kok gue langsung menilai si tukang cilok itu sebegitunya ya ? Kenapa gue nggak nyadar sih ? Padahal gue tahu ada sesuatu yang salah dengan cara bicaranya dia yang bindeng itu ! Arrrgghhhhh ! Sisanya gue cuma bisa beristighfar . I feel like I’m the kind of person who jugde the book by it’s cover . *crying out loud*

untuk bapak tukang cilok di jalan Banda, saya minta maaf ya Paaak . Semoga bapak selalu dijaga oleh Allah . amin !
untuk semuanya : BE CAREFUL WITH YOUR WORDS, PEOPLE .

smile =)

0 comments:

Posting Komentar

rumah riisu © 2009. Design by :Template-Kis Sponsored by: Kiswanto