Senin, 20 Oktober 2008

AW !

Tadi gue liat berita d SCTV, Liputan 6, soal penyiksaan atau bullying di sebuah sekolah di Jakarta . Yap, siswa yang satu menyiksa siswa yang lain beramai-ramai . Ngeri gue pas liat videonya .

Siapa ya anak-anak putih-abu yang merasa dirinya SETENGAH DEWA ini ? Merasa dirinya super hebat sehingga berhak buat menindas yang lain . Mereka terlihat bangga bisa memukul, menampar, bahkan menendang teman mereka seperti anjing . Gila .

Biasanya nih ya, manusia-manusia ini kalo ditanya alasan melakukan bullying, paling jawabnya :

1. Tradisi dari senior
2. Korban bullying-nya blagu atau kurang ajar, sehingga perlu DIBERI PELAJARAN
3. Dendam

O em ji .

Seumur-umur gue duduk di bangku sekolahan, mulai dari dasar sampe kuliah, gue belum pernah baca di buku sejarah terbitan manapun bahwa pendahulu-pendahulu kita atau siapapun yang disebut SENIOR-SENIOR itu melakukan penyiksaan terhadap teman . Atau dibuku kesenian, ga ada tuh tari atau musik TRADISIonal yang bertemakan bullying . So, where are this stupid traditions come from ? Antahberantah ? ha !

Terus, masalah MEMBERI PELAJARAN karena pelaku menilai korban adalah orang yang kurang ajar . Helloooo, apa ya indikator ke-kurang ajar-an menurut situ semua ?

Jujur , di sekolah gue dulu ada tempat khusus nongkrong buat tiap angkatan . Buat kelas 1, ada namanya JoKer alias Pojok Angker . Buat kelas 2, ada Istal karena baunya emang mirip kandang kuda . Buat kelas 3, ada Charet karena emang tempatnya dibawah naungan Pohon Karet kita yang legendaris itu . Yah, seperti biasa : angkatan yang paling muda nggak boleh nongkrong ditempat yang ‘dikhususkan’ buat angkatan yang lebih tua . Kalo sampe melanggar, orangnya disebut KURANG AJAR .

Oh well, sama-sama bayar SPP, sama-sama bertitel SISWA, kok ada yang bikin aturan kaya gini ? Gue mah terus terang nggak setuju . Duduk ya duduk aja, kenapa mesti ditentuin gue nongkrong dimana dan yang lain nongkrong dimana ? Kenapa cuma gara-gara duduk ditempat yang katanya ‘tidak seharusnya’ terus kita jadi kurang ajar ? Heran .

Gue rasa kata ‘kurang ajar’ itu dialamatkan buat orang-orang yang emang nggak pernah duduk di bangku sekolahan, atau bertingkah seperti orang yang nggak pernah duduk di bangku sekolahan . Nah, justru tingkah orang-orang yang melakukan bullying inilah yang menurut gue pantas dibilang kurang ajar . Sekolahnya di sekolah yang bener apa sekolah tukang pukul sih ? Gila .

Next, dendam . Nah, ini nih yang kadang bikin gue ketawa . Kalo nggak salah, dulu pernah baca di sebuah koran, seorang pelaku melakukan penyiksaan terhadap teman satu sekolahnya cuma karena si korban ketahuan selingkuh dengan pacar si pelaku . Yaa, si pelaku dendam dong . “Cowok gue direbut gitu loh !” . Kalo di sinetron kira-kira dialognya kaya gitu . Waw, dan mereka masih SMP loh . Hebat .

Harus ya masalah sepele seperti itu diselesaikan dengan cara penyiksaan atau bullying ? Tampang jutek sedikit, dendam terus langsung dilabrak . Nggak kasih salam, dendam terus langsung digencet . Kenapa sih orang Indonesia lebih suka pake otot dibanding pake otak ? Apa otaknya pada ngilang ? Atau .. sejak awal memang nggak punya ? Huh . Mungkin gue terdengar terlalu berlebihan tapi coba liat lagi deh :

KASUS-KASUS PENYIKSAAN ALIAS BULLYING JUSTRU BANYAK TERJADI DI TEMPAT-TEMPAT YANG MENYANDANG GELAR INSTITUSI PENDIDIKAN .

AKSI DEMO ANARKIS BANYAK DILAKUKAN OLEH ORANG-ORANG YANG MENGAKU BERTITEL MAHASISWA .

Ironis . Tempat yang seharusnya melahirkan orang-orang pandai dan berilmu, malah jadi sarana untuk melakukan tindakan yang kadang tidak masuk akal .

Ayo, tunjuk tangan, Teman-teman . Siapa yang bisa jawab : SALAH SIAPA SAMPAI DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA JADI SEPERTI INI ?

Siapa yang bisa jawab dengan benar, dapat hadiah 1 bogem mentah, 2 tamparan, 5 tendangan plus 10 menit makian . Suara untuk makian bisa dipilih : Sopran, Alto, Tenor, Bass .
Hadiah bisa diambil di Markas Preman terdekat . Biaya rumah sakit ditanggung pemenang .

Waspadalah .. Waspadalah !

0 comments:

Posting Komentar

rumah riisu © 2009. Design by :Template-Kis Sponsored by: Kiswanto